Rubiatun Mahasiswa Jurusan Pendidikan Biologi di STKIP Al-Amin Dompu.
Kring......kring.....kring.......!!!
Suara
alarm diHP bangunkan diriku yang tengah tertidur lelap.
Suara
alarm tanda Jam 12 malam, tanda pergantian hari, tanda umurku telah bertambah
juga tanda hidupku akan semakin dekat dengan ajal yang tiada kita tahu kapan
akan menjemput.
Hari
kebahagiaan ini seharusnya aku bahagia dan tersenyum, namun entah mengapa, hari
ini aku kecewa dan merasa tak dianngap sahabat oleh teman-temanku.
Ucapan
selamat, sampai saat ini belum aku terima dari mereka
“Aku memang tak
berharga bagi mereka”
itu yang aku rasakan saat ini.
“Tega betul mereka” ulasku
Ditengah
malam yang sepi, aku hanya duduk termenung sambil menanti beberapa kata dari
mereka, namun sampai saat ini belum ada seorangpun yang mengucapkannya.
Semakin
aku menanti, rasa kecewa dan juga benci semakin meyelimuti hati dan pikiran ini.
entah kenapa,,,,,???
Dalam hati bertanya
apakah dia lupa..???
Ataukah memang sengaja
ingin memberi suprais pada ku,,,??? itu
mustahil
Pertanyaan
yang begitu bodoh ku lontarkan pada diriku, jujur ku katakan sungguh kecewa
yang amat dalam, ku tidur kembali dengan penuh rasa kecewa, kecewa mengingat
pengorbananku, kecewa mengingat setiap kata dan nada yang selalu terucap oleh
bibir manisku, setiap ULANG TAHUN mereka ku tahan rasa ngatuk dan dan
lelahku menunggu pergatian waktu bertambahnya
umur mereka.
“Harus ku sadari bahwa
hatinya berbeda dengan hatiku”
Penantian
malam ini, buat aku seakan telah lenyap rasa ikhlas dalam qalbu ini,
pengorbananku pada mereka kini telah aku sesalkan. Namun, itu tak aku sadari,
karena kecewa ini telah tutupi semuannya.
Dalam
lelapku, terlihat dari kejauhan segumpal cahaya datang menghampiri, semakin
mendekat, mendekat dan mendekat, cahaya itu, kini benar-benar ada dihadapanku.
Segumpal cahaya itu, kini telah berwujud seorang gadis semampai, rambut
panjangnya menambah keanggunan bagi seorang perempuan.
Seorang
gadis yang sangat kukenal, gadis yang
telah menjadi sahabatku sejak 3 tahun silam, begitu dekat aku dan dia, meski 2
hari lalu aku dan dia tak lagi sekata, tak lagi menyapa. Aku tak tahu apa
salahku, buat kau lontarkan cercaan padaku. Hingga buat aku sakit dengan
nada-nada itu.
Dalam
lelapku, dia lemparkan senyuman yang begitu indah, senyuman yang belum pernah
aku dapatkan dari dirinya selama ini.
Dalam
lelapku, dia ulurkan tangannya, begitu halus dia genggam jari jemariku, seraya
dia ucapkan selamat ulang tahun buatku...
Raya maafkan aku,
selama ini kau sahabat terbaikku,
Begitu indah
perjalanan hidupku bersama dirimu,
Tak henti-hentinya
kau buat aku tersenyum,
Namun setiap
goresan cerita yang pernah aku torehkan padamu,
Khilafku mungkin
lebih banyak dari semua itu
kini, aku telah
berada disisi Tuhan ku.
Aku tak bisa lagi
bersama mu.
Maka, maafkanlah
aku,,
Maafmu, buat
hidupku tenang dialamku.
Aku
hanya terdiam dan terhanyut mendengar kata-kata itu, dalam diamku, aku tak tahu
apakah ini nyata atau sebuah mimpi,,,, ???
Dalam diamku , ia menjauh, menjauh dan semakin menjauh, kucoba mengejar namun tetap
tak dapat kuraih, dengan sekeras-kerasnya kucoba memanggil dirinya.....
VINA.........Vina..................!!!!!!
Bangun raya,,,
bangun.... kamu ngigo yah???
Panggil kakakku
Ku
coba membuka kedua kelopak mataku..
Astaghfirullah........!!
ternyata itu hanya sebuah mimpi....
Ucapku dalam hati.
Setelah
terbangun dari temapt tidur, akupun menuju kamar mandi untuk membersihkan
wajah,,, namun dalam setiap langkah, mimpi itu selalu terbayang dalam ingatan
dan seakan memiliki arti.
Saat kaki mulai memasuki kamar mandi dan terus kuayunkan hingga dalam ruangannya, aku seakan melihat VINA memberikan HP padaku.... bulu
kudukku berdiri tak karuan, serentak aku berlari keluar ke ruang kamar, mencoba menerka-nerka dan mencari tahu maksud semua kejadian yang kaualami pagi ini
juga arti mimpi itu...
“Assalamu’alaikum,,,,,,,,,,Raya
ini aku Rian kakaknya VINA, kakak ingin memberikan kabar bahwa VINA telah pergi
menjauh meninggalkan kita semua, dan nanti jam 11 siang, Vina akan disemayamkan, kamu
adalah sahabat terbaik Vina, jadi kami harap kamu mau datang untuk mengantarkan
jenazahnya”.
Membaca
pesan singkat dari kak Rian, sekujur tubuh ini terasa gemetar tak menentu,
degupan jantungku berdebar kencang terasa tak ada daya dalam diri ini hingga
membuat jariku tak mampu lagi menggenggam Handphoneku.
Tidak mungkin, ini
tidak mungkin.........Vina, Vina, Vinaaaaaaaaaaaaaaaaaa............ tanpa sadar aku berteriak memanggil
nama Vina sahabatku, aku tak percaya ini semua. Dia tidak mungkin pergi
meninggalkanku.
Tanpa
mempedulikan apapun, kuraih sepeda polygon kesayanganku, kudayung sekuat
tenaga, tanpa peduli lelah. Yang ku ingin saat ini, aku sampai secepat mungkin
di rumah Vina, aku masih belum percaya. Antara yakin dan tidak, semuanya
berusaha aku tepis, tapi air mata ini tak hentinya mengalir.
Dalam
perjalananku, canda tawa dan semua kenangan bersama Vina seolah memenuhi setiap
jalan yang aku susuri. Tiap sudut jalan, tawa Vina selalu terbayang. Sembari itu, semakin kuat aku dayung
sepedaku, entah berapa kecepatan laju roda sepedaku, aku tak peduli.
Tepat
di depan pohon cemara, rem sepeda aku tarik. Nafas ini tak henti-hentinya
berhembus karena lelahku. segera kaki ini aku tuntun masuk ke dalam rumah yang
ada di hadapanku, meski rasanya tidak kuat lagi untuk berjalan.
Semua
mata tertuju padaku, entah apa yang mereka pikirkan. Sekali lagi aku tidak
perduli. Sebelum kakiku tepat berada dalam rumah itu, aku sudah melihat sekujur
jenazah terbaring dibalut kain kafan, aku mendekatinya, hingga benar-benar berada di samping pembaringan jenazah.
Segala daya aku mencoba membuka kain putih yang menutup wajah yang ingin aku
lihat. Saat jariku mulai meraih lembar kain putih itu, kurasakan tubuh ini seperti tak bertulang dan terhempas begitu saja.
Entah
berapa lama aku tak sadarkan diri, saat aku membuka kedua mataku terlihat
bundanya Vina dan kak Rian di sampingku. Segera ku dekap bunda, menangis
meluapkan kesedihan ini.
Dia telah pergi, dan
benar-benar pergi, kita harus ikhlas nak. Ucap bunda menguatkanku.
Raya, sebelum Vina
pergi dia menitipkan ini untukmu.
Lanjut bunda seraya memberikan sepucuk surat yang dititipkan Vina buatku.
Segera
kubuka surat itu meski rasanya tak kuat
tangan ini, namun aku harus mengetahui isi surat itu.
Sahabat,
Begitu
indah sejarah yang telah kita torehkan bersama,
Begitu
nyaman kurasa saat aku ada dekat dengamu,
Tak
satupun kenangan itu aku hapus,
Hingga
akhir ku hembuskan napas ini
Sahabat,
Maaf
aku tak ada didekatmu,
Saat
ini, Aku telah berada jauh darimu,
Dihari
jadimu, Ingin sekali kupeluk dan membelai dirimu sahabat,
Dalam
usahaku itu, Tuhan telah menentukan ajalku,
Hingga
aku tak mampu lagi temani malammu.
Meski
aku tak sempat meminta maaf padamu,
Namun,
aku yakin kau pasti tahu, bahwa senyumku saat lelapmu itu,
Telah
mewakili diriku yang sesungguhnya.
Sahabat,
Ingatlah
selalu kenanganku,
Kenangan
kita.....
SELAMAT
ULANG TAHUN SAHABATKU
Dari
sahabatmu
Vina