Jumat, 20 Juni 2014

Sahabat, Semoga Kau Bahagia Bersama Kekasihku

Bercucuran air mata dalam kekecewaan yang mendalam, teringat masa indah yang penuh kenangan, bintang berakrab dengan purnama, alam bercinta dengan sang surya, sahabat dan cinta harus menyatu dalam meluluh lantahkan jiwa. harmonisnya kenangan, kini tinggal bayangan yang menyakitkan.

Dalam waktu yang panjang, kau tahu dia itu kekasihku, dalam kedekatan kita yang mendalam kau pun tahu hanya dia dan hanya dia cinta dan kekasihku. Persahabatan terindah yang telah terjalin lama, suka cita yang begitu mempesona antara kita dalam waktu sekejap kau hancurkan semua itu

“Pengkhianat”
”Kalian berdua Pengkhianat” teriakku
Ku mencoba tegar, namun setetes demi setetes air mata kekecewaan ini tak kunjung berhenti.
“apakah aku pantas dikhianati” tanyaku sendiri
Aku belum bisa menerima kenyataan ini, tak mudah menerima bila memang kenyataannya sepertin ini, sahabat dan kekasihku sengaja bersekongkol menghancurkan aku.
“Pengkhiatat ,,,,,,,,,,,,,,, Pengkhianat,,,,”
“pengkhianat,, kalian pengkhianat”
“Pengkhianattttttttttttttttttttttttttttttttttttttttttttt……..”
Aku teriak sekeras mungkin, tak perduli kata orang, tak perduli penilaian orang, yang aku rasakan saat ini adalah lebih penting dari semuanya. Dalam kesendirianku dalam kegelapan malam disudut kamar tidur, aku pun layu tertunduk dalam musibah pengkhianatan ini.
“Mega”
“Mega”
Dalam keadaan sunyi sepi,Terdengar jelas ada suara panggilan dibelakang pintu kamarku, aku tak menyahut, aku hanya terdiam.
“Mega apakah kamu sakit” sapa Ratih, teman sekampusku.
“Pengkhianat” jawabku pelan tak berdaya.
“Siapa”
“Mereka Berdua”
“bukankah aku sudah memberitahumu, tapi kau tak percaya”
Aku hanya menunduk terdiam, kucoba mengingat kabar burung yang beberapa hari lalu terdengar oleh ku, keyakinan dan cinta yang begitu besar ku berikan pada kekasih juga sahabatku buat aku tuli dengan kabar-kabar itu. Hari ini aku baru sadar akan semua tingkah tertutup mereka, telingaku terasa tajam mendengar “Hallo”, suara perempuan di HP Pria yang selama beberapa tahun ini jadi kekasihku, ya, suara ini sangat aku kenal. Semakin terhanyut dalam kekecewaan, siang tadi, ku lihat mereka berboncengan diatas motor JUPITER Merah, Romantis, terlihat perempuan itu dengan Dua tangannya membuat lingkaran penuh kedalam, takut terjatuh atau sebuah dramatisasi percintaan yang begitu romantic. Semakin aku mengingat, semakin hati ini meleleh atas pengkhianatan.
“Sudahlah, lepaskan mereka” tegur Ratih, mencoba menyapa
“air mata mu begitu suci untuk kau berikan buat mereka”
Sejenak ku terdiam, memikirkan nasehat Ratih,
“Betul, aku harus bangkit” ucapku penuh keyakinan
Aku harus kuat, akan ku tunjukan pada mereka bahwa aku kuat. Begitu mahal air mata ini untuk kutangisi mereka. Terasa sejuk saat ku bangkit dari tempat duduk, aku tersenyum pada Ratih. Dengan keras dan dngan seluruh daya yang ada dalam diriku aku berteriak
“Selamat Tinggal, Sahabat”
“Selamat Tinggal Kekasih”

“Selamat Tinggal Pengkhianat”

Oleh. Edy Susanto.

Tidak ada komentar:

Posting Komentar