Bercucuran air mata dalam
kekecewaan yang mendalam, teringat masa indah yang penuh kenangan, bintang
berakrab dengan purnama, alam bercinta dengan sang surya, sahabat dan cinta
harus menyatu dalam meluluh lantahkan jiwa. harmonisnya kenangan, kini tinggal bayangan
yang menyakitkan.
Dalam waktu yang panjang, kau tahu dia itu kekasihku, dalam kedekatan kita yang mendalam kau pun tahu hanya dia dan hanya dia cinta dan kekasihku. Persahabatan terindah yang telah terjalin lama, suka cita yang begitu mempesona antara kita dalam waktu sekejap kau hancurkan semua itu
“Pengkhianat”
”Kalian
berdua Pengkhianat” teriakku
Ku mencoba tegar, namun setetes
demi setetes air mata kekecewaan ini tak kunjung berhenti.
“apakah
aku pantas dikhianati” tanyaku sendiri
Aku belum bisa menerima kenyataan
ini, tak mudah menerima bila memang kenyataannya sepertin ini, sahabat dan
kekasihku sengaja bersekongkol menghancurkan aku.
“Pengkhiatat
,,,,,,,,,,,,,,, Pengkhianat,,,,”
“pengkhianat,,
kalian pengkhianat”
“Pengkhianattttttttttttttttttttttttttttttttttttttttttttt……..”
Aku teriak sekeras mungkin, tak
perduli kata orang, tak perduli penilaian orang, yang aku rasakan saat ini
adalah lebih penting dari semuanya. Dalam kesendirianku dalam kegelapan malam
disudut kamar tidur, aku pun layu tertunduk dalam musibah pengkhianatan ini.
“Mega”
“Mega”
Dalam keadaan sunyi sepi,Terdengar
jelas ada suara panggilan dibelakang pintu kamarku, aku tak menyahut, aku hanya
terdiam.
“Mega
apakah kamu sakit” sapa Ratih,
teman sekampusku.
“Pengkhianat” jawabku pelan tak berdaya.
“Siapa”
“Mereka
Berdua”
“bukankah
aku sudah memberitahumu, tapi kau tak percaya”
Aku hanya menunduk terdiam, kucoba
mengingat kabar burung yang beberapa hari lalu terdengar oleh ku, keyakinan dan
cinta yang begitu besar ku berikan pada kekasih juga sahabatku buat aku tuli
dengan kabar-kabar itu. Hari ini aku baru sadar akan semua tingkah tertutup
mereka, telingaku terasa tajam mendengar “Hallo”,
suara perempuan di HP Pria yang selama beberapa tahun ini jadi kekasihku, ya,
suara ini sangat aku kenal. Semakin terhanyut dalam kekecewaan, siang tadi, ku
lihat mereka berboncengan diatas motor JUPITER
Merah, Romantis, terlihat perempuan itu dengan Dua tangannya membuat lingkaran
penuh kedalam, takut terjatuh atau sebuah dramatisasi percintaan yang begitu
romantic. Semakin aku mengingat, semakin hati ini meleleh atas pengkhianatan.
“Sudahlah,
lepaskan mereka” tegur Ratih, mencoba menyapa
“air
mata mu begitu suci untuk kau berikan buat mereka”
Sejenak ku terdiam, memikirkan
nasehat Ratih,
“Betul,
aku harus bangkit” ucapku penuh
keyakinan
Aku harus kuat, akan ku tunjukan
pada mereka bahwa aku kuat. Begitu mahal air mata ini untuk kutangisi mereka.
Terasa sejuk saat ku bangkit dari tempat duduk, aku tersenyum pada Ratih.
Dengan keras dan dngan seluruh daya yang ada dalam diriku aku berteriak
“Selamat
Tinggal, Sahabat”
“Selamat
Tinggal Kekasih”
“Selamat
Tinggal Pengkhianat”
Oleh. Edy Susanto.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar