Oleh
Edy ss.
Milyaran tetesan air jatuh dari atas
langit yang mendung, pemilik tak lagi mengeluarkan rupiah untuk menyiram
bunga-bunga yang sudah mulai layu dipandang mata, berjuta nyawa makhluk hidup
diluar sana akan tertolong, sebab, sumber kehidupan telah dilepaskan oleh sang
Maha Pengatur kehidupan. Semakin bercucuran air hujan, suara gemuruh seakan tak
mau mengalah darinya, kilatan petir pun seakan meminta sesembahan.
Terdengar samar-samar ketokan pintu dari
depan rumahku “Siapa” teriakku dari
dalam kamar, namun tak ada jawaban. Semakin mendekat suara ketukan itu semakin
jelas. Ku buka horden jendela, ku lihat sepasang mata bulat sempurna dengan
bulu mata lentiknya menambah keindahan untuk dipandang oleh setiap yang melihat
“bulan
purnama”
kata ku tak berbunyi.
Seakan aku tersihir oleh keindahan dan
kecantikannya, buat aku termenung sejenak, pikiranku melayang, tangan
bergerak-gerak menggores kaca jendela, tak sadar bahwa perempuan yang kukejar
selama beberapa bulan ini sedang kedinginan diluar sana.
Tubuhku gemetar,gemetar dan terus saja
gemetar, aku gemetar bukan karena dingin, tapi aku takut akan apa yang akan dia
bawa. kubuka pintu dengan mengerahkan seluruh daya yang ada dalam diriku,
“Masuklah
Asti, kau kedinginan, biar aku ambilkan handuk”
“gak
usah,terima kasih,aku,,, aku hanya pengen kasih kertas ini” sebelum dia
membalikkan tubuhnya, sekilat dia berikan senyuman terindah yang pernah dia
berikan padaku, seakan berikan tanda dan jawaban atas pertanyaan hatiku,
beberapa hari yang lalu.
“apakah
mungkin dia sudah menerimaku”
Aku
hanya terdiam, membayangkan kemungkinan-kemungkinan atas senyumannya yang
begitu istimewa bagiku. Aku tak ingat, ternyata disela jari-jari tanganku ada
kertas, kertas yang merupakan jawaban atas pertanyaan hatiku.
“pelan,,,,,,,,,pelan…” ucapku sambil
membuka kertas yang sudah agak basah itu
“AKU TERIMA KAMU
SEBAGAI PACARKU”
Seakan
tak percaya, dan masih tak percaya,,
“ini kenyataan
atau hanya mimpi”
sambil kucubit dan kupukul kedua belah pipiku
“akhirnya aku
mendapatkannya”ucapku
sambil tertawa bahagia,
Sekitar
Sepuluh menit berlalu, aku masih tersenyum sendiri sambil berkhayal. akhirnya hujanpun reda, saat aku bangun dari
kursi menuju dapur rumah, terdengar ada keributan diujung jalan, selang
beberapa rumah dari tempatku,,, semakin aku mendekat, segerumunan orang sedang
mengangkat tubuh hitam berasap, aku semnakin penasaran siapa yang diangkat ini,
“terkena petir” beberapa orang
teriak seperti itu
seluruh
tubuhnya hitam mempersulit aku dan warga lainnya untuk mengenalnya, namun seakan
aku mengenal warna dan gambar dari baju yang dikenakan perempuan yang tak
bernyawa ini
“siapa… siapa…” ku coba untuk
mengingatnya,
“ASTI RIANI” ucap salah
seorang warga setelah membaca KTP yang ada didalam tas.
“ASTI”
“tidak mungkin”
“tidak mungkin”
“ini tidak
mungkin”
Seketika
aku jatuh tak berdaya, hanya lutut sandaran tubuh lemahku ini, seakan aku tak percaya, aku hanya terdiam,
terdiam dalam ketidak percayaan, beberapa menit yang lalu dia berikan aku
kebahagiaan, beberapa menit yang lalu dia berikan aku sebuah masa depan yang
indah, baru beberapa menit yang lalu aku resmi jadi kekasihnya.
Aku
terjatuh, hanya beberapa menit TUHAN beri waktu aku untuk melihat bola matanya
yang indah, hanya beberapa menit tuhan berikan aku melihatnya tersenyum dan
hanya beberapa menit TUHAN jadikan dia kekasih ku..
Aku
salah, aku salah, aku salah mengartikan senyumannya, senyuman itu bukan sebagai
jawaban perasaanku padanya, tapi senyuman itu adalah tanda, tanda perpisahan
dan tanda bahwa kau akan pergi jauh tinggalkan aku. Terima kasih atas
senyumanmu.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar