Tangan
tak berwarna, menahan dagu dalam beban pikir yang mendalam. beralaskan benda
keras tak ku rasa ada kesakitan. Aku memilki dua tangan namun keduanya tak pernah saling menyiksa, aku
memiliki dua kaki tapi mereka saling berbagi mana yang harus melangkah terlebih
dahulu, tapi hatiku hanya satu namun telah terbagi karena harus memilih.
Cinta
berikan aku semangat untuk terus beraktivitas, hari-hari selalu berwarna saat
untaian kalimat takjub terlontar dari dirinya buat jiwa ini meleleh dan
terhanyut. Saat kedua bola matanya menghadap padaku memancarkan cahaya yang mampu menembus
kedalam tubuh ini, hidupku terasa terbang diawan-awan syurga, semua mata
penghuninya tertuju padaku buat sang bidadari mengalah karena tak mampu
bersaing dengan diriku.
Ku
berikan semua apa yang harus aku berikan padanya, hanya mengharapkan beberapa
kalimat cinta darinya. Kulakukan apa yang bisa aku lakukan, hanya untuk
mengaharapkan lirikan tetesan cahaya yang berikan kehangatan dalam sanubari
ini. Hanya 14 bulan ku buat bidadari iri serta mengalah padaku, hanya 14 bulan
aku merasakan kehangatan yang begitu indah, semuanya telah hilang, terkubur
oleh keegoisan, termakan oleh kedengkian, terhanyut oleh ketidak mampuan,
terkikis oleh kesombongan dan keangkuhanmu.
kau
buat aku dilema dalam kegelapan malam ini, kau buat bantal gulingku basah,
basah karna tetesan air mata ku, apakah perlu aku harus memilih antara cinta
dengan cita-cita? Perlukah ku memilih salah satunya dan kenapa kau tak terima
bila aku harus memilih keduanya “kau dan
cita-citaku”
Kucucurkan
keringat dan tenaga untuk mengejar cita-citaku namun aku tak pernah jauh
darim'u
”aku butuh waktu” jawabku saat dia berikan pilihan padaku tiga hari
yang lalu
“aku tunggu jawabanmu malam minggu” jawabnya sambil berjalan menuju pintu gerbang
kampus meninggalkan ku.
Beberapa
menit lagi adalah batas waktu terakhir yang diberikan, “ cinta… cita-cita….. cinta… cita-cita….. cinta… cita-cita” dua
kata selalu kuulangi.
Teringat
saat dia berikan senyuman terindah yang pernah ku lihat selama ini, buat aku
kembali luluh dalam ingatanku sendiri
“aku harus pilih dia”
Didepan
rumah terdengar suara motor yang tak asing lagi ditelingaku, kupakai parfum dan
beberapa perlengkapan kosmetik, kusiapkan senyuman terindah buat sambut
kedatangannya,
“ASSALAMU’ALAIKUM”
“Wa’alaikumSalam” jawab ibu ku yang
sedang duduk diruang keluarga sambil menonton TV bersama ayahku.
“Masuk aja nak Raka”
“terima kasih bu,, saya duduk
diluar aja”
Saat
wanita tengah baya ini memanggilku, bergegas aku pun membuka pintu yang
membatasi kamarku dengan kamar keluarga, terlihat ayahku berbaring tak
beralaskan tikar dan tak memakai baju, terlihat kulit-kulinya yang kusut,
urat-urat yang membiru dan terlihat jelas ruas-ruas tulang yang seakan tak ada
daging yang menutupinya, serentak aku teringat akan nasehat K.Beb panggilan
akrabku pada seorang pria hitam manis, teman sekaligus kakak seniorku dikampus
“sucikan niatmu untuk kuliah,
bahagiakan orang tuamu dengan belajar, banggakan orang tua mu dengan prestasi
dan berikan masa depan untuk orang tua mu dengan meraih cita-citamu”
Aku
tak punya daya untuk melangkah, terbayang cucuran keringat keluar dari kulit
keriput ayah, teringat saat keduan orang tua ku hanya mengunyah nasi putih
dibumbui dengan garam agar berasa, teringat semua kerja keras, pengorbanan,
cinta yangb begitu mereka berikan padaku, teringat nasehat mereka
”tugas ayah membiayai kehidupanmu,
tugasmu meraih cita-cita Ayah”
”cita-citamu adalah cita-cita ayah”
Aku terdiam membisu, mengingat dan
aku terus mengingat semua yang pernah ku alami, terasa ada kecerahan dalam hati
dan akal sehatku, aku memang harus memilih. Aku keluar dengan penuh keyakinan
atas apa yang ku pilih, aku mengahampirinya diteras rumah
Kukatakan “AKU TIDAK MEMILIH KAMU”
Ku lari masuk kedalam rumah,
kudatangi kedua orang tuaku, ku peluk dan ku cium mereka, terbasah oleh
derasnya air mata kedua nya terheran-heran dan tersenyum. AKU SAYANG IBU DAN
AYAH.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar