Kamis, 28 Agustus 2014

TAK HARUS “HARI INI?”


Rubiatun Mahasiswa Jurusan Pendidikan Biologi di STKIP Al-Amin Dompu.


Kring......kring.....kring.......!!!
Suara alarm diHP bangunkan diriku yang tengah tertidur lelap.
Suara alarm tanda Jam 12 malam, tanda pergantian hari, tanda umurku telah bertambah juga tanda hidupku akan semakin dekat dengan ajal yang tiada kita tahu kapan akan menjemput.
Hari kebahagiaan ini seharusnya aku bahagia dan tersenyum, namun entah mengapa, hari ini aku kecewa dan merasa tak dianngap sahabat oleh teman-temanku.
Ucapan selamat, sampai saat ini belum aku terima dari mereka
“Aku memang tak berharga bagi mereka” itu yang aku rasakan saat ini.
“Tega betul mereka” ulasku
Ditengah malam yang sepi, aku hanya duduk termenung sambil menanti beberapa kata dari mereka, namun sampai saat ini belum ada seorangpun yang mengucapkannya.
Semakin aku menanti, rasa kecewa dan juga benci semakin meyelimuti hati dan pikiran ini.
entah kenapa,,,,,???
Dalam hati bertanya apakah dia lupa..???
Ataukah memang sengaja ingin memberi suprais pada ku,,,??? itu mustahil
Pertanyaan yang begitu bodoh ku lontarkan pada diriku, jujur ku katakan sungguh kecewa yang amat dalam, ku tidur kembali dengan penuh rasa kecewa, kecewa mengingat pengorbananku, kecewa mengingat setiap kata dan nada yang selalu terucap oleh bibir manisku, setiap ULANG TAHUN mereka ku tahan rasa ngatuk dan dan lelahku  menunggu pergatian waktu bertambahnya umur mereka.
“Harus ku sadari bahwa hatinya berbeda dengan hatiku”
Penantian malam ini, buat aku seakan telah lenyap rasa ikhlas dalam qalbu ini, pengorbananku pada mereka kini telah aku sesalkan. Namun, itu tak aku sadari, karena kecewa ini telah tutupi semuannya.
Dalam lelapku, terlihat dari kejauhan segumpal cahaya datang menghampiri, semakin mendekat, mendekat dan mendekat, cahaya itu, kini benar-benar ada dihadapanku. Segumpal cahaya itu, kini telah berwujud seorang gadis semampai, rambut panjangnya menambah keanggunan bagi seorang perempuan.
Seorang gadis yang sangat kukenal,  gadis yang telah menjadi sahabatku sejak 3 tahun silam, begitu dekat aku dan dia, meski 2 hari lalu aku dan dia tak lagi sekata, tak lagi menyapa. Aku tak tahu apa salahku, buat kau lontarkan cercaan padaku. Hingga buat aku sakit dengan nada-nada itu.
Dalam lelapku, dia lemparkan senyuman yang begitu indah, senyuman yang belum pernah aku dapatkan dari dirinya selama ini.
Dalam lelapku, dia ulurkan tangannya, begitu halus dia genggam jari jemariku, seraya dia ucapkan selamat ulang tahun buatku... 

Raya maafkan aku, selama ini kau sahabat terbaikku,

Begitu indah perjalanan hidupku bersama dirimu,

Tak henti-hentinya kau buat aku tersenyum,

Namun setiap goresan cerita yang pernah aku torehkan padamu,

Khilafku mungkin lebih banyak dari semua itu

kini, aku telah berada disisi Tuhan ku.

Aku tak bisa lagi bersama mu.

Maka, maafkanlah aku,,

Maafmu, buat hidupku tenang dialamku.
Aku hanya terdiam dan terhanyut mendengar kata-kata itu, dalam diamku, aku tak tahu apakah ini nyata atau sebuah mimpi,,,, ???
Dalam diamku , ia menjauh, menjauh dan semakin menjauh, kucoba mengejar namun tetap tak dapat kuraih, dengan sekeras-kerasnya kucoba memanggil dirinya..... VINA.........Vina..................!!!!!!
Bangun raya,,, bangun.... kamu ngigo yah??? Panggil kakakku
Ku coba membuka kedua kelopak mataku..
Astaghfirullah........!! ternyata itu hanya sebuah mimpi.... Ucapku dalam hati.
Setelah terbangun dari temapt tidur, akupun menuju kamar mandi untuk membersihkan wajah,,, namun dalam setiap langkah, mimpi itu selalu terbayang dalam ingatan dan seakan memiliki arti.
Saat kaki mulai memasuki kamar mandi dan terus kuayunkan hingga dalam ruangannya, aku seakan melihat VINA memberikan HP padaku.... bulu kudukku berdiri tak karuan, serentak aku berlari keluar ke ruang kamar, mencoba menerka-nerka dan  mencari tahu maksud semua kejadian yang kaualami pagi ini juga arti mimpi itu...
“Assalamu’alaikum,,,,,,,,,,Raya ini aku Rian kakaknya VINA, kakak ingin memberikan kabar bahwa VINA telah pergi menjauh meninggalkan kita semua, dan nanti jam 11 siang, Vina akan disemayamkan, kamu adalah sahabat terbaik Vina, jadi kami harap kamu mau datang untuk mengantarkan jenazahnya”.
Membaca pesan singkat dari kak Rian, sekujur tubuh ini terasa gemetar tak menentu, degupan jantungku berdebar kencang terasa tak ada daya dalam diri ini hingga membuat jariku tak mampu lagi menggenggam Handphoneku.
Tidak mungkin, ini tidak mungkin.........Vina, Vina, Vinaaaaaaaaaaaaaaaaaa............ tanpa sadar aku berteriak memanggil nama Vina sahabatku, aku tak percaya ini semua. Dia tidak mungkin pergi meninggalkanku.
Tanpa mempedulikan apapun, kuraih sepeda polygon kesayanganku, kudayung sekuat tenaga, tanpa peduli lelah. Yang ku ingin saat ini, aku sampai secepat mungkin di rumah Vina, aku masih belum percaya. Antara yakin dan tidak, semuanya berusaha aku tepis, tapi air mata ini tak hentinya mengalir.
Dalam perjalananku, canda tawa dan semua kenangan bersama Vina seolah memenuhi setiap jalan yang aku susuri. Tiap sudut jalan, tawa Vina selalu terbayang.  Sembari itu, semakin kuat aku dayung sepedaku, entah berapa kecepatan laju roda sepedaku, aku tak peduli.
Tepat di depan pohon cemara, rem sepeda aku tarik. Nafas ini tak henti-hentinya berhembus karena lelahku. segera kaki ini aku tuntun masuk ke dalam rumah yang ada di hadapanku, meski rasanya tidak kuat lagi untuk berjalan.  
Semua mata tertuju padaku, entah apa yang mereka pikirkan. Sekali lagi aku tidak perduli. Sebelum kakiku tepat berada dalam rumah itu, aku sudah melihat sekujur jenazah terbaring dibalut kain kafan, aku mendekatinya, hingga benar-benar berada di samping pembaringan jenazah. Segala daya aku mencoba membuka kain putih yang menutup wajah yang ingin aku lihat. Saat jariku mulai meraih lembar kain putih itu, kurasakan tubuh ini seperti tak bertulang dan terhempas begitu saja.
Entah berapa lama aku tak sadarkan diri, saat aku membuka kedua mataku terlihat bundanya Vina dan kak Rian di sampingku. Segera ku dekap bunda, menangis meluapkan kesedihan ini.
Dia telah pergi, dan benar-benar pergi, kita harus ikhlas nak.  Ucap bunda menguatkanku.
Raya, sebelum Vina pergi dia menitipkan ini untukmu. Lanjut bunda seraya memberikan sepucuk surat yang dititipkan Vina buatku. 
Segera kubuka surat itu meski  rasanya tak kuat tangan ini, namun aku harus mengetahui isi surat itu. 


Sahabat,
Begitu indah sejarah yang telah kita torehkan bersama,
Begitu nyaman kurasa saat aku ada dekat dengamu,
Tak satupun kenangan itu aku hapus,
Hingga akhir ku hembuskan napas ini
Sahabat,
Maaf aku tak ada didekatmu,
Saat ini, Aku telah berada jauh darimu,
Dihari jadimu, Ingin sekali kupeluk dan membelai dirimu sahabat,
Dalam usahaku itu, Tuhan telah menentukan ajalku,
Hingga aku tak mampu lagi temani malammu.
Meski aku tak sempat meminta maaf padamu,
Namun, aku yakin kau pasti tahu, bahwa senyumku saat lelapmu itu,
Telah mewakili diriku yang sesungguhnya.
Sahabat,
Ingatlah selalu kenanganku,
Kenangan kita.....

SELAMAT ULANG TAHUN SAHABATKU 
Dari sahabatmu 
Vina

Tidak ada komentar:

Posting Komentar